Ahirnya, ketika nabi adam dalam keadaan tertidur, Alloh mengambil tulang rusuk sebelah kirinya, lalu menjadikanya seorang perempuan bernama siti hawa. Alangkah terkejutnya nabi adam ketika terjaga dari tidur telah didapatinya seorang perempuan cantik berada disampingnya. Tanpa pikir panjang nabi adam langsung reflek ingin menyentuhnya. Namun hawa secepat kilat menghindar dari sentuhan tersebut sambil berkata
“engkau boleh menyentuh tubuhku dan memiliki diriku seutuhnya, dengan syarat kau harus melamarku dan membayar maskawin kepadaku.”
“apa mas kawinya?” Tanya nabi adam.
“kau harus membaca shalawat kepada nabi Muhammad saw” jawab siti hawa. Setelah itiu terjadilah pernikahan yang disaksikan oleh para malaikat.
Sepenggak kisah yang terjadi pada diri nenek moyang kita ini memberikan suatu pelajaran bahwasanya manusia membutuhkan kehadiran pasangan dalam kehidupannya. Tidak ada manusia yang sanggup bertahan dalam kesendirian. Kecuali bagi orang – orang yang hati mereka telah dijauhkan oleh Alloh dari segala kesibukan duniawi dan syahwat.
Islam adalah agama yang membawa kedamaian, rahmatan lil ‘alamin , membawa misi suci penyelamat manusia dari jurang kehancuran. Memahami fithrah manusia sebagai mahluk social yang selalu membutuhkan pasangan dalam menjalankan aktifitasnya, baik urusan bisnis, politik, budaya, dan urusan syahwatnya, maka islam mengaturnya dengan ketentuan – ketentuan syari’at agar lebih mudah , terarah , dan mendatangkan kemanfa’atan.
Oleh karena itu, dalam islam dikenal sebuah lembaga perkawinan yang mengatur dan membimbing manusia supaya dapat menyalurkan hasrat birahinya dengan baik dan benar. Betapa indahnya dan bahagianya sepasang insan yang telah diikat dalam tali suci perkawinan. Rasa damai ,tentram dan suka cita akan bercampur menjadi satu dalam hati sanubarinya.
Namun, dewasa ini lembaga suci perkawinan telah sedikit ternoda dan dilecehkan oleh sebagian tingkah manusia yang terpengaruh oleh budaya hidup bebas ala barat. Mereka tanpa malu dan sngkan hidup serumah dengan pasanganya, bahkan sampai melahirkan anak tanpa ada ikatan suci sebagai seorang suami istri yang sah. Sungguh sangat memalukan dan tidak sesuai dengan tradisi ketimuran serta norma agama yang benar.
Sebelum memasuki gerbang perkawinan, perlu diadakan persiapan baik fisik, mental , dan materi. Hal ini dikarenakan ketika seorang sudah berada dalam suatu kehidupan rumah tangga, maka segalanya akan berubah. Dan yang paling penting adalah bagaimana agar dua hati yang saling berbeda bisa disatukan dalam satu pandangan, satu tujuan hidup, seia – sekata, seirama – senada dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Oleh karena itu, agar tujuan perkawinan, yakni membentuk keluarga sakinah bisa tercapai, maka sebelum calon suami dan istri melangsungkan pernikahan harus mengenal kepribadian masing – masing. Disinilah peran penting pacaran. Pacaran muncul sebagai wahana atau media pengenalan kepribadian masing – masing pasangan calon pengantin.
Namun patut disayangkan. Pada masa sekarang ini, utamanya yang dilakukan oleh remaja yang memproklamirkan dirinya remaja gaul, remaja modern, dan aneka atribut lainya. Mereka menjadikan pacaran bukan sebagai pengenalan pribadi. Melainkan sebagai uji coba dalam arti yang lebih luas. Ujicoba kesetiaan, kejantanan, keperawanan dan yang paling memalukan dan menyebalkan adalah pacaran hanya sebagai alat mencari kesenangan alias just for fun. Akibatnya mudah ditebak, karena hanya ingin mencari kesenangan saja tanpa bertujuan kearah hubungan yang lebih serius, ketika sudah mendapatkan madunya maka ia akan mudah begitu saja mencampakkan bunga yang sudah layu ditanah.
Maka dari itu, bagi orangh yang sedang dilanda cinta dan dimabuk asmara, berhati – hatilah dan waspadalah !!! Jangan mudah tergoda dan terbuai oleh kenikmatan sesa’at dengan mengatas namakan cinta. Banyak sudah korban berguguran dengan menanggung segala akibat yang ditimbulkanya. Hamil diluar nikah, aborsi, pernikahan yang dilaksanakan merupakan sederetan permasalahan yang ditimbulkan oleh gaya pacaran yang tidak sehat dan menyimpang dari norma – norma susila.
Sebenarnya dalam islam pun dikenal yang namanya pacaran. Ketika seorang lelaki ingin mempersunting gadis pujaanya, maka ia diperkenankan untuk melihat wajah dan telapak tanganya. Tujuanya agar sang lelaki bisa mengenal bentuk tubuh calon istrinya yang dapat digambarkan dengan hanya melihat wajah dan kehalusan telapak tangannya. Cara ini memang ketinggalan zaman. Namun inilah gaya pacaran yang islami, lantas untuk mengenal kepribadian, watak, karakter serta sifatnya menukil dari keterangan kitab tanwirul qulub, hendaknya sang lelaki mengutus seorang perempuan yang dipercayainya untuk menanyakan perihal kehidupan pribadi calon istrinya. Begitupun sebaliknya. Dengan cara ini biasanya seorang lelaki dapat mengetahui kepribadian sifat calon istrinya dengan jelas dan gamblang. Mengapa demikian? Dikarenakan perempuan akan terbuka menceritakan sifat kepribadianya tatkla curhat dengan sesamaj enisnya. Lain halnya seorang laki – laki yang secara langsung menanyakan kepadanya yang sering kita jumpai dalam gaya pacaran masa kini. Ini disebabkan karena ketika masa pacaran sesuatu akan terlihat indah semua dan apapun yang menimpa dan melakat pada diri gadisnya akan terlihat dan dikatakan baik semua. Penyesalan baru datang dikemudian hari setelah melangsungkan pernikahan. Sifat yang baik, tuitur kata yang lembut, wajah yang cantik semuanya akan berbalik seratus delapan puluh derajat menjadi buruk, tutur kata yang kasar dan sifat yang jelek lainnya. Ternyata sifat yang baik selama pacaran hanyalah kedok untuk menutupi sifatnya yang buruk, tentu tidak semua berubah.
Sekarang tinggal bagaimana kita menentukan pilihan apakah ingin memilih cara yang kuno sesuai dengan syri’at ataukah memilih cara modern yang penuh dengan resiko dan menyimpang dari aturan syara’. Tentu kalau naluri sehat kita lebih memilih yang tidak ada resikonya, namun terkadang nafsu lebih menguasai kita akhirnya semua dikembalikan bagaimana panda – pandainya kita memilih dan memboikot nafsu. wallohu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar